Selasa, 26 Oktober 2010

Teori Pendidikan

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Ada empat jenis teori belajar dalam pendidikan, yaitu :

  1. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme, antara lain :

1. Teori Koneksionisme ( Connectionism ) oleh Edward Lee Thorndike

Dari eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum belajar, diantaranya :

· Law of Effect, artinya bahwa jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus – Respons.

· Law of Readiness, artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar ( conduction unit ), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

· Law of Exercise, artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Teori Classical Conditioning oleh Ivan Petrovich Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov terhadap seekoe anjing menghasilkan hukum belajar, diantaranya :

· Law of Respondent Conditioning, artinya hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam Stimulus dihadirkan secara simultan ( yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer ), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

· Law of Respondent Extinction, artinya hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Teori Operant Conditioning oleh B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan oleh B. F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum belajar, diantaranya :

· Law of Operant Conditioning, artinya jika timbulnya perilaku diiringi dengan Stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

· Law of Operant Extinction, artinya jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses Conditioning itu tidak diiringi Stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

4. Teori Social Learning oleh Albert Bandura

Merupakan sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas Stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

  1. Teori Belajar Kognitif oleh Piaget

Salah satu pemikiran Piaget yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi 4 tahap, yaitu :

    1. Sensory Motor
    2. Pre Operational
    3. Concrete Operational, dan
    4. Formal Operational

  1. Teori Pemrosesan Informasi oleh Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Ada 8 fase proses pembelajaran, yaitu :

1. Motivasi 5. Ingatan kembali

2. Pemahaman 6. Generalisasi

3. Pemerolehan 7. Perlakuan, dan

4. Penyimpanan 8. Umpan balik

  1. Teori Belajar Gestalt

Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau pariwisata tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler ada enam prinsip organisasi yang terpenting, yaitu :

    1. Hubungan bentuk dan latar ( figure and gound relationship ) yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure ( bentuk ) dan latar belakang. Penampilan suatu objek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
    2. Kedekatan ( proximity ) bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan ( baik waktu maupun ruang ) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
    3. Kesamaan (similarity ) bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu objek yang saling memiliki.
    4. Arah bersama ( common direction ) bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagai suatu figure atau bentuk tertentu.
    5. Kesederhanaan ( simplicity ) bahwa orang cenderung menata bidang pengamatan bentuk yang sederhana, penampilan regular dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan.
    6. Ketertutupan ( closure ) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap.